Profil dan Biodata Bacharuddin Jusuf Habibie - Wakil Presiden Indonesia Ke-7

Profil dan Biodata Bacharuddin Jusuf Habibie - Wakil Wakil Presiden Indonesia Ke-7


Last update : Sabtu, 14 Desember 2024 | 08:56 WIB

INIKISAHPOLITIK.BLOGSPOT.COM - Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal sebagai BJ Habibie (73 Tahun) merupakan pria Pare-Pare (Sulawesi Selatan) kelahiran 25 Juni 1936. Habibie menjadi Presiden ke-3 Indonesia selama 1.4 tahun dan dua bulan menjadi Wakil Presiden RI ke-7. Habibie merupakan keturunan antara orang jawa (Ibunya) dengan orang makasar/Pare-Pare (Ayahnya). Dimasa kecil, Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya Fisika. Selama 6 bulan, ia kuliah di teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hocsule - Jerman pada 1955. Dengan di biayai oleh ibunya, R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Aachen - Jerman. Pak Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi teman SMA nya, Ibu Hasri Ainun Besari pada tahun 1962.

Bersama dengan istrinya tinggal di Jerman, Habibie harus bekerja untuk membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah tangganya. Habibie mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. tahun 1965, Habibie menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingeniur (Doktor Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude. Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, BJ Habibie sudah mulai bekerja untuk menghidupi keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus, BJ Habibie bekerja di Messerschmitt-Bolkow-Blohm atau MBB Hamburg (1965-1969 sebagai Kepala Penelitian dna Pengembangan pada Analisis Struktur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973). Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihat Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978). Dialah menjadi satu-satunya orang asia yang berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini. Sebelum memasuki usia 40 tahun, karir Habibie sudah sangat cemerlang, terutama dalam desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie menjadi "Permata" di negeri Jerman dan iapun mendapat "Kedudukan Terhormat", baik secara materi maupun intelektualitas oleh orang Jerman.

Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie menyumbang berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Thermodinamika. Beberapa rumusan teori nya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti "Habibie Factor", "Habibie Theorem" dan "Habibie Method". Pada tahun 1968, BJ Habibie telah mengundang sejumlah insinyur untuk bekerja di industri pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur Indonesia akhirnya dapat bekerja di MBB atas rekomendasi pak Habibie hari ini dilakukan untuk mempersiapkan skill dan pengalaman (SDM) insinyur Indonesia untuk suatu saat bisa kembali ke Indonesia dan membbuat produk industri dirgantara (dan kemudia maritim dan darat), Dan ketika (Alm) Presiden Soeharto mengirim Ibnu Sutow ke Jerman untuk menemui seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia, BJ Langsung bersedia dan melepaskan jabatan, posisi dan prestise tinggi di Jerman. Hal ini dilakukan BJ Habibie demi memberi sumbangsih ilmu dan teknologi pada bangsa ini

.Pada 1974 di usia 36 tahun, BJ Habibie pulang ke tanah air. iapun di angkat menjadi penasihat pemerintah (Langsung dibawah presiden) di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian dari tahun 1974-1978, habibie masih sering pulang pergi ke Jerman karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB. Habibie mulai benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan tingginya di Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada 1978. Dan sejak itu, dari tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Mensristek) sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai jabatan lainnya. Habibie mewarisi kondisi kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto akibat salah urus pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet, Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan Komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan berpendapat dan kegiatan organisasi.

Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, Perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi daerah. Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak disintergrasi yang di warisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya di tuntaskan di era Presiden Susil Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia. Setelah ia turun dari jabatannay sebagai Presiden, ia lebih banyak tinggal di Jerman daripada di Indoensia. Tetapi ketika era Kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasehat presiden untuk mengawasi proses demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang di dirikannya Habibie Center. Rasa Cintanya yang besar pada mendiang istrinya, Ainun dia tuangkan dalam bentuk buku. Dia menulis buku yang berjudul habibie & Ainun. Buku ini dibuat untuk alm. istrinya. Buku tersebut berisikan mengenai kisah cinta sang Profesor dengan Istrinya. Buku tersebut setebal 323 halaman itu, menceritakan mulai dari awal pertemuan Habibie dan Ainun menghembuskan nafas terakhirnya karena komplikasi penyakit pada 22 Mei 2010. Habibie menghitung masa hidup bersama Ainun, sejak menikah pada 12 Mei 1962, selama 48 tahun 10 hari.

Karir

Presdien RI Ke-3

● Wakil Presiden RI Ke-7

● Menteri Riset dan Teknologi Ke-1

● Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB

● Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang MBB

● Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB

Penghargaan

● Edward Warner Award dan Award von Karman

● Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana dari Institut Teknologi Bandung

Sumber : https://ft.umj.ac.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inilah Profil dan Biodata Aburizal Bakrie - Orang terkaya di Asia Tenggara

Profil dan Biodata Agus Gumiwang Kartasasmit, M. SI

Profil dan Biodata Drs. Agun Gunandjar Sudarsa